Jakarta, CNBC Indonesia – Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Mansury mengungkapkan bahwa pemerintah saat ini sudah mengantisipasi skenario terburuk bila konflik Iran-Israel semakin memanas.

Skenario terburuk itu telah diantisipasi guna menghadapi dampak rembetan dari konflik di Timur Tengah itu terhadap aktivitas perdagangan Indonesia dengan negara kawasan. Sebab, konflik itu meliputi zona jalur perdagangan global di Selat Hormuz.

“Ya kita tentunya perlu mempersiapkan skenario seperti itu,” kata Pahala saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Meski telah mendesain skenario terburuk itu, Pahala mengatakan, pemerintah Indonesia telah berupaya supaya eskalasi konflik tidak semakin tinggi dan meluas, sebagaimana yang telah dikatakan Presiden Joko Widodo dan Menlu Retno Marsudi. Caranya, yakni dengan menggunakan strategi diplomasi.

“Bahwa kita akan berupaya memastikan pihak-pihak di dalam negeri maupun diplomasi kita di luar untuk bisa kurangi adanya eskalasi atau menghindari adanya eskalasi bahkan berupaya untuk melakukan deeskalasi dari pada ketegangan tersebut,” tegas Pahala.

Untuk mengantisipasi dampak buruk konflik tersebut, pemerintah, kata Pahala, mengacu pada tiga indikator, yakni pergerakan harga energi dan harga bahan-bahan pangan, kenaikan premium risiko dan pengaruhnya ke capital outflow, serta aktivitas ekspor dan impor.

Namun, ia belum bisa mengungkapkan langkah antisipasi apa yang akan dilakukan bila tiga indikator itu memburuk.

“Ya itu yang kita nanti perlu lihat (dampak ke ekspor-impor), apakah memang pengaruhnya ke global supply chain akan seperti apa? artinya apakah ini memiliki penaruhi terhadap keamanan dari pada supply chain pengangkutan barang dan lain sebagainya,” ungkap Pahala.

Sebelumnya, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengungkapkan, ketegangan tersebut berpengaruh luar biasa kepada logistik pada industri khususnya di industri makanan dan minuman (mamin).

“Kita banyak sekali bahan baku yang harus kita impor dan tentu akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi kita. Meskipun kita ada ekspor juga. Kalau industri mamin total ekspor kita sekitar 11 miliar dolar. Impor kita cukup banyak untuk bahan baku. Ini yang sangat berat. Belum biaya logistik meningkat. Tadi kita bicara dengan asosiasi terigu juga mereka katakan akan mengganggu logistik sehingga dikhawatirkan akan ada peningkatan biaya. Ini yang harus kita antisipasi,” katanya di kantor Kemenperin, Selasa (16/4/2024).

Kondisi ini mirip dengan situasi perangan antara Russia-Ukraina, namun belum diketahui dampaknya bakal bertahan berapa lama. Kalau ini cukup lama tentunya akan sangat mengganggu. Adhi menyebut dari laporan FAO saja, sebelum serangan Iran ke Israel saja sudah ada peningkatan 1% harga pangan dunia dibandingkan bulan Februari.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Mineral Kritis RI Diminati Negara Lain, Ini Kata Wamenlu


(wia)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *