Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan skenario terburuk bagi pemenuhan pasokan minyak domestik. Terutama, apabila konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel berlangsung cukup panjang.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan, Selat Hormuz dekat Iran mempunyai pengaruh cukup penting terhadap pasokan dan harga minyak global, termasuk Indonesia.
Menurut Tutuka, apabila Selat Hormuz terganggu, hal ini akan berdampak pada pemenuhan impor minyak domestik. Dia menyebut, impor Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamina dari wilayah yang melalui jalur tersebut yakni sebesar 20%.
Oleh sebab itu, selain mencari alternatif pasokan minyak dari negara lain, pemerintah juga mengupayakan untuk menggenjot kegiatan, baik dari sisi hulu maupun hilir di dalam negeri.
“Kita percepat program-program yang ada percepatan eksplorasi dan eksploitasi yang sudah ada. Kemudian, melihat kembali tangki-tangki BBM yang ada di seluruh Indonesia dan juga kesiapan distribusinya demikian juga untuk LPG. Hal-hal seperti itu kami pastikan pasokan untuk Indonesia bisa terjamin,” kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Jumat (19/4/2024).
Tutuka mengatakan, pemerintah saat ini membidik peluang impor minyak mentah yang berasal dari negara-negara di luar Arab, seperti di Afrika, untuk mengurangi ketergantungan impor minyak dari Timur Tengah. Selain Nigeria, RI juga berencana untuk mengimpor minyak dari Gabon.
“Sumber-sumber cukup banyak di barat Afrika. Selain Nigeria, ada Gabon sebagiannya cukup potensial untuk dikembangkan lebih jauh dan itu yang sedang dikembangkan Pertamina untuk difinalisasi ke depan untuk persiapan-persiapan tambahan suplai,” tuturnya.
Selain berdampak pada terganggunya suplai minyak di Tanah Air, bila perang di Timur Tengah ini berkepanjangan, ini juga akan berdampak pada melonjaknya beban subsidi negara.
Ia merinci, setiap kenaikan US$ 1 harga minyak mentah, maka beban subsidi dan kompensasi energi akan naik sekitar Rp 4,5 triliun. Sementara, setiap melemahnya kurs rupiah Rp 100 per dolar AS bakal berdampak pada kenaikan subsidi energi Rp 2,5-3,5 triliun.
“Nah itu simulasi saat ini yang kita hitung, karena itu penting nanti kita akan detailkan lagi hitungan itu,” kata Tutuka.
Sebagaimana diketahui, Israel meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran pada Jumat (19/4/2024) dini hari. Hal itu diungkap pejabat senior AS kepada ABC News.
Peluncuran rudal tersebut menyusul serangan Iran pada Sabtu lalu, di mana negara tersebut mengirimkan lebih dari 300 drone dan rudal tanpa awak ke sasaran di seluruh negeri. Semua kecuali beberapa dicegat oleh Israel dan sekutunya, termasuk Amerika Serikat, kata para pejabat.
Sementara itu, sebuah ledakan terdengar di kota Ghahjaworstan di Iran, terletak di barat laut kota Isfahan, menurut kantor berita semi-resmi Iran FARS, mengutip sumber-sumber lokal.
“Kota Ghahjaworstan terletak di dekat Bandara Isfahan dan pangkalan perburuan kedelapan Angkatan Udara,” lapor FARS, dikutip CNN International.
Iran Press TV juga melaporkan ledakan terdengar di dekat pusat kota. Adapun belum dipastikan penyebab ledakan tersebut.
Harga minyak mentah dunia pun ikut melejit pada perdagangan hari ini setelah Israel dilaporkan menyerang Iran.
Mengutip Refinitiv, pada Jumat (19/4/2024) pukul 09.23 WIB harga minyak mentah acuan Brent melejit 3,5% ke US$90,14 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 3,61% ke US$85,80 per barel.
Begitu juga dari sisi nilai tukar, kurs rupiah terhadap dolar AS juga semakin ambruk. Rupiah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di saat ketegangan Timur Tengah antara Iran dan Israel kembali mencuat ke publik dan bank sentral AS (The Fed) yang bersikap hawkish.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,49% di angka Rp16.250/US$ pada hari ini, Jumat (19/4/2024). Secara mingguan rupiah juga terpantau ambles 2,59%.
Sementara DXY pada pukul 14:51 WIB turun ke angka 106,08 atau melemah 0,06%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (18/4/2024) yang berada di angka 106,15.
Artikel Selanjutnya
Imbas Perang Iran-Israel, Harga Minyak Bisa Tembus US$100/Barel!
(wia)