Jakarta, CNBC Indonesia – Israel dikabarkan telah meluncurkan rudal sebagai serangan balasan terhadap Iran pada Jumat (19/4/2024) dini hari.
Hal ini tentunya bisa membuat dunia khawatir, terutama bila ini dinilai bisa memicu Perang Dunia ke-3. Begitu juga dengan Indonesia. Indonesia akan sangat dirugikan bila konflik Timur Tengah ini terus berlanjut. Pasalnya, sebagai negara net importir minyak, sebagian besar impor minyak RI berasal dari negara Arab.
Lantas, berapa stok minyak, termasuk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG di dalam negeri?
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui bila Perang Israel-Iran ini semakin memanas, maka ini akan semakin mengkhawatirkan. Dia menyebut, stok BBM dan LPG RI saat ini “hanya” cukup untuk 17-30 hari.
“Minyak udah di US$ 87 tadi pagi Subuh naik US$ 90 lagi, mudah-mudahan ini ya udah lah cubit-cubitannya cukup. Menteri Luar Negeri Iran kita akan respons. Itu yang dikhawatirin,” tuturnya saat ditemui di Gedung Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (19/04/2024).
“Kita sendiri stoknya tergantung dari komoditinya sampai 17-30 hari. Kita cek Pertamina, termasuk juga LPG. LPG ini kan penting, makanya itu kita untuk secure energi,” imbuhnya.
Arifin mengatakan, pemerintah tetap berupaya untuk menahan harga BBM tidak naik sampai Juni 2024 mendatang. Hal ini utamanya diantisipasi pemerintah melalui manajemen stok yang cukup.
“Setelah Juni harus ada, kalau ini tidak berkesudahan konflik harus ada langkah apa yang pas. Nah Perpres 191 (tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM) itu kan memang untuk mengalokasikan kepada yang berhak subsidi,” tuturnya.
Dia membeberkan, saat ini RI impor minyak mentah dari beberapa negara, seperti Arab Saudi dan Nigeria. Sementara untuk impor BBM berasal dari tiga negara yaitu Singapura, Malaysia, dan India.
“Ini kan harus mengantisipasi sumber-sumber suplai kilangnya, kilang Singapura, Malaysia dan kilang India. Kalau dulu kan Rusia di-banned tetap aja mengambil. Jadi ini memang geopolitik ini serius. Ukraina belum selesai, ada juga Timur Tengah dan tensi di Asia Pasifik diantisipasi, karena Amerika sudah ngirim ke pangkalannya di Pasifik ini. Pasti ada respons, jadi kita berharap tidak ada konflik di wilayah ini,” tuturnya.
Begitu juga dengan pasokan LPG. Saat ini LPG RI diimpor dari Timur Tengah dan Amerika Serikat. Namun, pemerintah juga berupaya mencari sumber alternatif lainnya, seperti Australia.
“Pastikan suplainya ada, kemudian juga mencari alternatif suplai-suplai tambahan, misalnya LPG tergganggu, kita bisa bayar yang ada di Australia,” pungkasnya.
Artikel Selanjutnya
Diserang Drone & Rudal oleh Iran, Militer Israel Tak Gentar Bilang Ini
(wia)