Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus memantau eskalasi konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel yang semakin memanas. Pasalnya, konflik yang berkepanjangan bakal berdampak bagi penyediaan minyak mentah dan BBM di dalam negeri. Apalagi, Indonesia merupakan net importir minyak.
Menteri ESDM Arifin Tasrif membeberkan bahwa produksi minyak mentah dalam negeri selama ini belum cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik. Saat ini produksi minyak nasional rata-rata hanya berkisar di level 600 ribu barel per hari (bph).
Di sisi lain, saat ini Indonesia mengimpor minyak dari berbagai negara secara total 840 ribu barel per hari (bph), terdiri dari minyak mentah sebesar 240 ribu bph dan produk BBM sebesar 600 ribu bph.
“Kalau perangnya gak jadi kita lihat harga minyaknya juga. Kita produksi 600 ribu bph, kita impor 840 ribu bph, jadi defisitnya itu,” kata dia ditemui di kantor Ditjen Migas, Jakarta, Jumat (19/4/2024).
Namun demikian, Arifin memastikan bahwa pemerintah tidak akan menaikkan harga BBM hingga Juni 2024. Sekalipun tensi di kawasan Timur Tengah antara Iran dan Israel tengah memanas.
Apabila konflik terus berlanjut dan semakin meluas, maka menurutnya pemerintah akan mengambil sikap. Salah satunya yakni membahas kembali revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM. Revisi aturan ini nantinya akan mengatur pembatasan BBM bersubsidi Pertalite.
“Kalau ini konflik tidak berkesudahan kan harus ada langkah ya langkah yang pas, nah sebetulnya kan Perpres 191 itu kan memang untuk mengalokasikan kepada subsidi, itu dulu yang perlu diterapkan ya, jangka pendek itu satu, harus ada jaminan supply,” ujarnya.
Artikel Selanjutnya
Timur Tengah Memanas, Ini Dia Negara Asal Impor Minyak dan BBM RI
(wia)