Jakarta, CNBC Indonesia – Ekonom Senior yang juga merupakan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia, Mari Elka Pangestu mengingatkan dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi nantinya naik, terutama terhadap barang-barang yang bahan baku produksinya dari impor. Hal ini diperburuk dengan harga minyak mentah dan biaya logistik naik akibat jalur perdagangan di kawasan Timur Tengah terganggu perang.
“Impor akan terpengaruh dari segi kita karena net importir minyak. Dengan harga lebih tinggi itu tentu peningkatan dari pengeluaran impor juga akan terjadi, ini yang dari segi makro perlu kita waspadai,” ucap Mari.
Pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga minyak mentah ini, menurut Mari, juga harus diwaspadai pengaruhnya terhadap harga pangan. Sebab, biaya logistik berpotensi naik dan memperburuk tekanan inflasi di tengah-tengah masyarakat.
“Misal harga beras ini bulan-bulan yang harusnya panen tapi apakah el-nino akan ada pengaruh ke panen nya sehingga apakah produksi kita cukup. Dalam keadaan inflasi meningkat saat harga minyak naik kita perlu jaga harga-harga lain tidak meningkat,” tutur Mari.
Tidak hanya itu, Indonesia tercatat sebagai pengimpor kedelai. Hal ini karena Indonesia adalah negara yang tidak cocok ditanami bahan baku tahu dan tempe ini. Kondisi perang di Timur Tengah dapat mengerek harga naik. Hal ini karena tingginya kurs dolar AS, tarif angkutan (freight) yang lebih mahal akibat redirecting kapal dan berkurangnya pasokan di tengah permintaan yang naik.
Bila diurutkan secara historis dalam lima tahun terakhir sebenarnya volume impor kedelai sudah semakin menyusut, sekitar 12,04% dari 2,59 juta ton pada 2018 menjadi 2,27 juta ton pada 2023.
Impor kedelai paling tinggi terjadi pada 2019 sebanyak 2,67 juta ton. Kendati volume melandai, tetapi data di atas menunjukkan secara nilai impor kedelai terus naik, dalam lima tahun nilai impor melejit lebih dari 30% dari US$ 1,10 miliar menjadi US$ 1,47 miliar. Paling tinggi terjadi pada 2022 dengan nilai sebesar US$ 1,63 miliar. Tidak hanya kedelai, impor gandum Indonesia juga dibayangi masalah serupa.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman juga mengungkapkan ketegangan Iran dan Israel tersebut berpengaruh luar biasa kepada logistik industri, khususnya industri makanan dan minuman (mamin).
“Kita banyak sekali bahan baku yang harus kita impor dan tentu akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi kita. Meskipun kita ada ekspor juga. Kalau industri mamin total ekspor kita sekitar US$ 11 miliar. Impor kita cukup banyak untuk bahan baku. Ini yang sangat berat. Belum biaya logistik meningkat. Tadi kita bicara dengan asosiasi terigu juga mereka katakan akan mengganggu logistik sehingga dikhawatirkan akan ada peningkatan biaya. Ini yang harus kita antisipasi,” katanya di kantor Kemenperin, Selasa kemarin (16/4/2024).
Selain bahan pangan, impor elektronik juga akan terganggu. Jika rupiah terus melemah, bukan tak mungkin harga impor komponen akan lebih mahal dari sebelumnya. Alhasil, harga ritel HP berpotensi naik untuk menanggulangi biaya produksi para pabrikan ponsel.
Menanggapi fenomena ini, Head of Corporate Communications Erajaya Group, Djunadi Satrio mengatakan pihaknya masih terus memantau perkembangan dan dinamika ekonomi makro dan mikro di domestik, regional, dan global.
Perusahaan ritel dan distribusi perangkat elektronik tersebut mengatakan pihaknya masih akan mengevaluasi dampak pelemahan rupiah terhadap bisnis Erajaya Group.
“Saat ini masih terlalu dini untuk berkomentar mengenai perubahan nilai tukar mata uang yang dimaksud,” kata dia.
Sementara itu, perwakilan OPPO Indonesia mengakui industri memiliki kekhawatiran terhadap nilai tukar rupiah yang makin melemah. Namun, sejauh ini situasi tersebut belum akan memberikan dampak terhadap OPPO di Indonesia.
“Tentunya OPPO bersama dengan stakeholder di Industri memahami hal ini dan akan bersama – sama untuk memantau dan melihat perkembangan kedepan. Sampai saat ini, depresiasi rupiah belum memberikan dampak apa-apa terhadap OPPO di Indonesia, kami terus berusaha memberikan harga yang terbaik kepada konsumen kami di Indonesia,” kata perwakilan OPPO Indonesia melalui pesan singkat.
Artikel Selanjutnya
Kedelai Langka, Begini Kabar Terbaru dari Bos Badan Pangan
(haa/haa)