Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyebut Iran menutup fasilitas nuklirnya untuk sementara waktu. Langkah keamanan ini diambil pascaserangan rudal dan drone besar-besaran terhadap Israel pada akhir pekan lalu.
Berbicara kepada wartawan di sela-sela pertemuan Dewan Keamanan PBB, Ketua IAEA Rafael Grossi mengaku khawatir tentang kemungkinan serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran sebagai pembalasan atas serangan tersebut.
“Kami selalu khawatir dengan kemungkinan ini. Apa yang bisa saya sampaikan kepada Anda adalah bahwa para pemeriksa kami di Iran diberitahu oleh pemerintah Iran bahwa kemarin (Minggu), semua fasilitas nuklir yang kami periksa setiap hari akan tetap ditutup karena pertimbangan keamanan,” katanya, seperti dikutip AFP pada Selasa (16/4/2024).
Grossi mengatakan fasilitas tersebut dibuka kembali pada Senin, tetapi pengawas baru akan kembali keesokan harinya.
“Saya memutuskan untuk tidak membiarkan para inspektur kembali sampai kami melihat situasi benar-benar tenang,” tambahnya.
Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel pada malam hari dari Sabtu hingga Minggu. Serangan ini dilakukan sebagai pembalasan atas serangan udara terhadap gedung konsulat di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi, yang dua di antaranya adalah jenderal.
Sementara Israel dan sekutu-sekutunya menembak jatuh sebagian besar senjata tersebut. Meski serangan tersebut hanya menyebabkan kerusakan kecil, namun kekhawatiran mengenai potensi pembalasan Israel tetap memicu kekhawatiran akan terjadinya perang regional besar-besaran.
Israel telah melakukan operasi terhadap situs nuklir di wilayah tersebut sebelumnya.
Pada tahun 1981, mereka mengebom reaktor nuklir Osirak di Irak pimpinan Saddam Hussein, meskipun ada tentangan dari Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2018, mereka mengaku telah melancarkan serangan udara rahasia terhadap reaktor di Suriah 11 tahun sebelumnya.
Israel juga dituduh oleh Teheran telah membunuh dua fisikawan nuklir Iran pada tahun 2010, dan menculik seorang lagi pada tahun sebelumnya.
Pada tahun 2010, serangan siber canggih yang menggunakan virus Stuxnet, yang dikaitkan oleh Teheran dengan Israel dan AS, menyebabkan serangkaian kerusakan pada mesin sentrifugal Iran yang digunakan untuk pengayaan uranium.
Israel menuduh Iran ingin memperoleh bom atom, namun Teheran membantahnya.
Artikel Selanjutnya
Video: Iran Eksekusi Intel Mossad, Ini Informasi Rahasianya!
(luc/luc)