Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengakui pemerintah akan sulit untuk mencegah melonjaknya subsidi energi, terutama ketika konflik di Timur Tengah semakin memanas usai serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/04/2024) lalu.
Arifin memperkirakan, bila ketegangan semakin berlanjut, maka bisa berdampak pada lonjakan harga minyak dan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Tanah Air. Ujungnya, bisa berdampak pada membengkaknya subsidi dan kompensasi BBM.
Dia menyebut, setiap kenaikan harga minyak per US$ 1, maka subsidi dan kompensasi untuk BBM bisa naik sekitar Rp 3,5 – Rp 4 triliun.
“Belum lagi kalau rupiah tiap naik 1 dollar 100 rupiah juga cukup besar. Makanya kita harus hemat energi, efisiensi energi ini harus terus dicanangkan dikerjain dan diprogramkan,” tuturnya saat ditemui usai Rapat Terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Kompleks Istana Kepresidenan RI di Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Dan saat ditanya, bagaimana strategi pemerintah agar subsidi tidak bengkak? Arifin menjawab, “Ini susah, karena itu kan balik ke faktor yang sulit kita kendalikan ya. Harga minyak sama kurs. Dua duanya. Jadi kita harus lakukan, satu, efisiensi apa yang bisa kita lakukan, kemudian alternatif energi apa energi yang bisa kita manfaatkan di dalam negeri untuk bisa menggantikan itu. Dampak (subsidi bengkak) itu bisa kita redam.”
“Tapi itu gak bisa dalam waktu pendek, tapi program itu sudah ada. Sudah kita programkan dan juga dijalankan dan mungkin kecepatannya ditambah,” imbuhnya.
Dia pun menyebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan agar para menteri melihat berbagai skenario yang mungkin terjadi dan mengambil alternatif untuk bisa meredam lonjakan subsidi.
“Kita harus antisipasi ini melihat skenario yang mungkin terjadi, mengambil alternatif untuk bisa meredam,” imbuhnya.
Seperti diketahui, meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah telah mendorong kenaikan beberapa komoditas seperti minyak dunia dan emas.
Dalam sebulan pergerakan minyak brent maupun WTI telah menunjukkan penguatan. Hingga perdagangan hari ini, Senin (15/4/2024) pukul 16.15 WIB, harga minyak brent telah menguat 4,78% ke posisi US$89,42 per barel. Begitu juga dengan minyak WTI naik 4,34% ke posisi US$84,56 per barel.
Sementara sepanjang tahun 2024, harga minyak brent telah mencatatkan kenaikan sebesar 18,02% dan minyak WTI melesat 16,07%.
Begitu juga dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Rupiah ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini. Nilai tukar menyentuh level Rp16.000/dolar AS pertama kali sejak 2020. Mengutip data Refinitiv pada Selasa (16/4/2024) rupiah dibuka melemah 1,33% menjadi Rp16.050/dolar AS.
Rupiah melemah di tengah indeks dolar AS melonjak tinggi pada empat perdagangan terakhir dan mencapai posisi 106,205 pada Senin (15/4/024). Posisi ini sekaligus tertinggi sejak November 2023.
Artikel Selanjutnya
Pemerintah Tiba-Tiba Ubah Formula Harga BBM Solar, Kenapa?
(wia)